Sunday, October 31, 2004

Kapankah...

Entah ku tak tahu
Sampai kapan ku terus begini
Meski dada terus tertunduk
Dan kepala selalu mengangguk
Hanya tuk patuhi keinginan yang lain
Sementara yang ada di hati
Selalu coba tuk diabaikan

Tak terasa sudah sekian lamanya
kutelusuri lorong perjalananku
Sendiri... selalu sendiri tanpamu
Dan kau juga tak pernah mau mengerti jua

Saat kau tengah tertawa,
Kala kau sedang berdua,
Ketika kau bahagia...
Pernah terpikirkan olehmu-kah?
Aku sedang ada dimana...?
Sedang apakah aku...?
Bersama siapakah aku...?
Bagiamana raut wajahku...?
Pernahkah kau pikirkan itu...?
Kurasa tidak.
Karena kau tak pernah tunjukkan
Apa yang kau rasa dan pikirkan
Dan kemudian berlalu seperti biasa
Seolah tak pernah terjadi apa
Apakah seperti itu...?
Sikap dan perlakuan seseorang yang Sayang...?

Tuesday, October 26, 2004

Jangan Paksa Mereka

Setiapkali kita berjalan
Kita belajar banyak hal
Dari apa yang kita lihat
Dan yang kita alami
Dalam perjalanan itu

Terkadang kita seringkali merasa
Lebih bisa daripada orang lain
Karena pengalaman dan pelajaran
Yang kita dapat dalam perjalanan itu

Seringkali pula kita merendahkan
Orang lain dalam pikiran bathin kita
Karena mereka tak bisa melakukan
Apa yang kita anggap hal kecil

Dan acapkali pula kita malah mengguruinya
Seolah kita sudah kenyang asam garam hidup ini
Meski usia tak jauh beda

Namun ingatlah temanku,
Jangan kau memaksa orang lain
Untuk bertindak dan merasakan hal yang sama
Saat kau menjalani perjalanan yang sama
Karena ingatlah bahwa setiap manusia
Diciptakan berbeda tak ada yang sama persis

Karena itulah...
Ketidakmampuan seseorang itu
Bukanlah karena dia tak cukup berusaha
Tetapi kemampuan yang diberikan-Nya memang berbeda
Dan terkadang di sisi yang kita lemah
Seseorang itu ternyata lebih mampu
Lalu apa kita mau....???
Dipaksa untuk menjalankan atau merasakan
Apa yang dia rasakan dahulu...???

Jangan paksakan orang lain
Untuk menjadi sekuat seperti dirimu di masa lalu

Kemana ...

Kemana kaki ini kan kulangkahkan
Saat semua jalan dan pintu sudah tertutup rapat
Tak secercahpun cahaya bisa menembusnya
Karena rapatnya pintu terkunci sengaja

Darimana aku harus memulainya lagi
Saat hati tak lagi bisa terbagi
Pada yang lain agar yang lama bisa pergi
Dan api benci masih terpendam rapi
Menyala pendar namun tak mati

Bagaimana aku harus memulainya
Saat jiwa telah rapuh tak berdaya
Saat raga tak lagi sama
Dan terhantui sisa waktu yang ada

Adakah kau tahu wahai yang tercipta
Kau hadir tuk basuh luka
Dan kemudian membuatnya berdarah
Hingga buat aku hanya bisa tunduk diam menyerah

Saturday, October 23, 2004

* A - Y*

Nama
Agus Yuwono SH
Tempat, Tanggal Lahir
Malang, 16 August 1977
Last Education
Law Faculty Brawijaya University Malang
Work
Journalist (Reporter of News Radio)
Philosophy
Turutlah dalam mengisi sejarah dunia ini. Kalau tidak bisa, paling tidak buatlah hidupmu berarti. Dengan begitu kau sudah ikut membuat sejarah di dunia ini, karena hidupmu juga bagian dari sejarah Dunia ini.
Hobbies
Sport, Art of Protective Self, Play Guitar, games, read, etc
Favourite Book
La Tahzan, Kahlil Gibran, The Lost Child, Cantik itu Luka, Saman, Harry Potter, Comic, Melibas Sekat Pembatas, Supernova, Jakarta Undercover (1,2), Red Diary, etc
Favourite Singer
Jon Bon Jovi, Air Supply, Glenn F, Iwa K, Krisdayanti, Chrisye, Jikustik, Dewa 19, Kla Project, Peterpan, Gigi, Elton John, Elvis, Garry Moore, etc
Favourite Movie
Lord of the Ring, Armageddon, A2DC, All Colosall Film, etc
Email
agus_ywn@yahoo.com

"Yang ingin kenalan atau ingin menjadi Srikandi Bijak-ku, silahkan kirim email"

Friday, October 22, 2004

Apakah Aku Harus

Biarlah semuanya terlihat indah
Biarlah semuanya melihatku bahagia
Meski takkan ada yang tahu
Apa alasan yang kupilih
Untuk memilih jalan ini

Apa memang lebih baik aku mulai tertutup
Hingga harus kututup semua karya ini
Agar tak ada lagi yang tau
Apa yang aku rasakan dan apa yang kupilih
Untuk melakukan yang terbaik
Meski hanya untuk orang-orang tersayang
Dan bukan untukku

Apakah harus ditutup paksa kebanggaan semuku ini
Agar semuanya tak lagi tahu
Hingga mereka menjadi tak mau tahu

Apakah...
Apakah..
Apakah.

Dan aku masih tetap bertanya

Thursday, October 21, 2004

Ijinkanlah Aku

Saat aku mulai mengenal dunia
Aku sudah berjuang
Melawan kondisi abnormal yang ada
Bahkan terkadang terpikirkan olehku
Apakah untuk berjuang aku diturunkan...?
Dan aku tak pernah menyerah untuk berjuang
Apapun yang aku hadapi dan menghadang
Meski terkadang aku merasa
Sudah teramat sangat lelah

Namun ijinkanlah untuk sekali ini
Biarkanlah aku berhenti berjuang
Mungkin sudah waktunya aku harus berhenti
Dan menyerah pada sesuatu yang harus aku lawan

Kalau memang aku diturunkan untuk berjuang
Ijinkan aku Ya Allah
Maafkan aku Ya Allah
Kalau aku harus berhenti dan menyerah
Karena perangku kali ini
Sungguh menyesakkan dada
Merapuhkan jiwa hingga tak mampu lagi
Aku angkat wajah yang tertundukkan kondisi

Maafkan aku semuanya
Kalau aku harus berganti rupa
Menjadi sosok yang berbeda
Karena tak lagi punya jiwa
Meski raga ini tetap bernyawa
Dan hanya mencoba untuk tetap setia
Pada apa yng telah diberikan Yang Kuasa

Mungkin

Mungkin memang ada benarnya
Bahwa sesekali...
Racun bisa dilawan dengan racun
Rasa sakit bisa dihilangkan
Dengan menggunakan rasa sakit yang lain

Kalau memang itu benar
Maka akan aku coba mencari sakit yang lain
Entah lebih parah atau sekedar selingan
Karena jujur saja
Aku sungguh sudah tak tahan
Dengan rasa sakit yang aku alami saat ini

Apakah nanti rasa sakit yang baru
Akan aku bisa hilangkan juga
Dengan rasa sakit yang lain lagi
Atau bisa hilang dengan sendirinya
Aku tak perduli sejujurnya
Karena saat ini aku hanya inginkan
Punahkan rasa sakit yang teramat ini
Hingga tak harus lukai orang lain
Apalagi yang tersayangiku

Wednesday, October 20, 2004

Aku

Aku memang Bangsat
Memang Bajingan egois
Yang tak pernah mau mengerti
Apapun yang tak sesuai dengan hatiku
Yang tak pernah mau terima
Apapun yang tak seperti maksudku

Pantas saja kau pilih dia
KArena dia lebih dewasa
Lebih penyabar dan lebih layak
Daripada aku untuk berada di sampingmu

Coba lihat dia dan
Coba lihat aku
PAsti kau akan segera tahu
Mana yang baik dan mana yang jahat
Mana yang tulus dan mana yang tidak
Karena itulah aku harus pergi
Sebab aku bukanlah yang baik dan
Aku bukanlah yang tulus

Tak pantas kau sebut aku temanmu
Tak layak kau berikan aku sayangmu
Karena aku sekarang coba menerima
Dan mengerti semuanya
Bahwa aku memang tidak layak
Untuk siapapun juga saat ini
Entah nanti...
Karena aku juga tak tahu
Akankahku jadi lebih layak atau
Malah berubah menjadi orang
Yang harus dihindari

Tuesday, October 19, 2004

Hope and Dream

Melayang bagai elang
Mengalir layaknya air
Dan tersingkir seperti pasir
Itulah aku saat ini

Andai saja kau tahu
Merindu pada bayangan yang satu
Meski yang tertuju tak pernah tahu
Meratap hal yang telah lewat
Dan tak pernah bisa lupa sekejap
Meski apapun kini serba tersekat

Hanya harapan dan mimpi yang ada kini
Karena yang nyata tak pernah sudi
Hadir dan setia hadir tak hanya dimimpi
Hingga kubisa kembali sejati

"AKU" (Chairil Anwar)

Saat jiwa yang terharapkan tak jua berubah
Dan aku sudah benar-benar lelah
Aku ambil hal terbaik dari yang terburuk yang ada
Karena tak ada lagi pilihan yang tersedia

"Luka dan Bisa kubawa berlari
Hingga hilang pedih perih.
Aku ingin hidup seribu tahun lamanya"


Aku putuskan yang dikatakan Chairil Anwar
Luka dan Bisa akan kurasa dan kubawa sendiri
Hilang tak terasakan lagi luka dan perih yang menempa
Dan aku ingin rasakan hidup lebih lama lagi
Agar masih sempat kukecap rasa bahagia
Setelah semua rasa sakit dan perih yang meraja

Meski kutak tahu akankah ada
Srikandi Bijak yang kan benar-benar hadir
Dan rela mengusap semua luka
Hingga hilang berganti menjadi sebuah takdir

Kebanggaan

Ingin kulakukan apapun yang dia inginkan
Namun jujur ada kalanya aku tak bisa
Karena bagaimanapun juga aku tetap manusia
Yang masih hidup dan punya rasa

Aku akan lakukan apapun juga
Yang bisa membuatnya berbangga
Meski bangga itu kurasa bagai sampah di dada
Karena tercicip hampa dan tak berharga

Biarlah sesuatu yang kurasa tak berharga itu
Akan bisa berubah menjadi kebanggaan dimatanya
Karena mungkin hanya dengan itu
Aku tetap masih punya harga

Monday, October 18, 2004

" Jangan "

Saat Jiwa makin merapuh
Dan raga semakin parah
Aku hanya bisa menyerah dan berserah

Karena itu sat ini aku hanya bisa berkata
Saat ini jangan minta apapun padaku
Karena aku sudah tak punya apapun
Yang bisa kulakukan dan kuberikan padamu

Karena semuanya sudah kuberikan
Pada sosok dirimu yang dulu
Biarkanlah kalau ada yang meminta padaku
Itu adalah kau yang dulu

R i n d u

Ketika mata ini sudah malas terbuka
Dan badan ini letih berpeluh rasa
Aku terkenang padanya
Yang kini telah berdua
Meski tetap di depan mata

Aku rindu jamahnya
Saat raga telah lelah mengembara
Aku rindu kecupnya
Kala jiwa ini tertempa lara
Aku rindu peluknya
Saat raga dan jiwa keluh tak berdaya

Namun mungkinkah kan kudapatkan semuanya
Meski teriakan menjulang langit
Dan air mata membuncah sungai

Tak yakin aku akan itu
Dan aku tetap saja berkelana
Mengembara dalam relung dunia
Tetap menyepi, dan sendiri...
Meski rasa rindu selalu saja mendera
Dan yang terharapkan di depan mata
Namun tak kuasa aku meminta
Karena rasa kecewa yang kan hadir sebagai jawabnya

R e b o r n

Lahir kembali...???
Mungkinkah itu...???
Mungkin saja, kenapa tidak
Namun yang lahir kembali bukanlah fisik kita
Tetapi mental dan cara hidup kita
Yang berubah karena telah lahir kembali

Tak kuasa aku menahan semua
Yang membuat aku harus memilih jalan ini
Sebagai manusia yang terlahir kembali beda
Sungguh berbeda dengan yang dulu
Meski nama dan fisiknya tetap sama

Tak perduli apa yang harus dikorbankan
Untuk bisa terlahir kembali
Aku rela melepas dan melupakan semua perjuangan
Untuk bisa menjadi sosok yang dulu
Dan kini harus kubuang jauh
Karena telah menjadi jiwa yang lain

Maaf... maaf kataku
Tuk semua jiwa yang kenaliku
Yang mungkin kan kecewa
Atas pilihan yang kuambil ini
Seandainya kalian tahu apa yang terasa
Dan merajam di dada setiap kali mata
Nanar menatap yang berbahagia

Maaf kalau aku harus berganti kulit
Namun satu hal yang aku janjikan
Aku tetaplah aku
Yang tetap kenal kalian semua
Meski cara hadapi kalian nantilah
Yang pasti berbeda
Namun aku berusaha tetap jujur

Maafkan aku semuanya
Aku sungguh sudah tak mampu menahan
Dan menerima semua yang ada
Di depan mata

Sunday, October 17, 2004

2 Dunia

Terkadang aku ingin tertawa
Melepaskan semua kekonyolan
Dan hal lucu yang terasa di dada
Dan tak jarang aku diam
Saat merasa apa yang dalam terpendam

Sungguh ironis terkadang hidup manusia
Apa harus kukatakan
" Memang Susah Jadi Manusia "
Karena meskipun saling mencinta
Ternyata tak selalu bisa bersama

Atau perasaan cinta lahir
Hanya untuk dicampakkan semata
Dan semuanya harus mati dan berakhir
Atas dasar sebuah kata Cinta

Lalu bagaimana sepasang insan
Bisa tertawa dan bahagia
Sementara di sudut yang lain
Seorang insan yang lain hanya diam
Terpekur dalam harapan yang tersia-siakan
Karena yang terharapkan tak lagi
Mau pedulikan apapun jua

Terkadang terpikir dalam dan tak terjawab
Bagaimana sepasang insan bisa begitu bahagia
Meski mereka tahu bahwa bahagianya
Dibangun di atas hidup seseorang
Yang kini hanya bisa membisu dan sendiri
Dalam sebuah kotak dunianya
Yang tak bisa ditinggalkannya
Tanpa bantuan yang lainnya

Thursday, October 14, 2004

Marhaban ya Ramadhan

Rasanya baru kemarin kujumpai kau
Kini kau sudah menjelang di depan pintu
Marhaban ya Ramadhan
Selamat Datang Bulan Suci Ramadhan
Ijinkan aku membasuh semua dosaku karenamu
Dan tersucikan hati bersama datangmu

Ramadhan ya Ramadhan...
Di dua kali kunjungan terakhirmu kemarin
Kau masih lihat aku begitu lunglai
Tuk berjalan mencari tempat berbukamu (sendiri)
Tuk berbukamu (sendiri)

Ramadhan ya Ramadhan...
Dikunjunganmu kali ini
Ternyata yang akan kau lihat masih takkan beda
Dengan apa yang kau lihat
Di dua kali kunjungan terakhirmu kemarin
Kau akan lihat aku berjalan lunglai (sendiri)
Tuk mencari tempat berbukamu
Tuk berbukamu dan tetap sendiri

Ramadhan ya Ramadhan...
Kalau luka ini memang takdirku
Biarlah luka ini
Akan menjadi catatan sejarah hidupku
Biarlah luka dan kesendirian ini akan menemaniku
Bersamamu oh Ramadhan

Monday, October 11, 2004

Alternatif

Dimanakah kan kucari terang
Saat malam membelengguku
Kemana kan kulangkahkan kaki
Saat kaki masih saja terantai beku

Kelenganganku terusik bunyimu
Kedamaianku tercabik hadirnya
Dan bahagiaku terkoyak gantimu

Setiap kali kucoba
Tuk putuskan apapun jua
Tak slalu bisa bertahan lama
Slalu berubah secepat anak panah
Yang kau lepaskan tepat ke arah jantungku

Apa arti hidup saat ini
Kala mesti sendiri sedang jiwa sepi
Saat jiwa terkoyak butuhkan pelukmu
Tak pasti namun kucoba
Kan kuhapus semuanya
Dengan caraku sendiri
Meski tak layak bagi pikiran yang lain
Karena selama ini
Jawaban abnormal-lah
Yang selalu aku dapatkan darimu

Ku Tak Tahu

Selalu dan selalu saja terjadi
Pertemuan yang slalu terharapkan olehku
Menjadi ajang saling membantah
Mencoba mencari pembenaran
Yang sebenarnya aku tahu apa akhirnya
Dia akan semakin benci dan jauh dariku
Namun apa dayaku...
Saat api didada semakin besar
Karena jawabnya tak pernah bisa padamkannya

Dan tolong katakan harus bagaimana...
Saat ketak adilan dan kesemena-menaan
Terasa menghantam diriku... (sendiri)
Yang dilakukan oleh orang yang paling dekatku

Katakan harus seperti apa...
Saat rasa tak terima dari semua logika
Dan perasaan tak lagi bisa rela terima
Dari semua perlakuan dan kondisi yang ada
Tak pernah sesuai dengan yang terucapkannya

Bagaimana jawaban begitu gigih dipertahankan
Meski hanya ada satu jawaban
Untuk semua pertanyaan-pertanyaan

Yang tak jua bisa terpuaskan...

Sunday, October 10, 2004

Teman

Teman...
Adalah orang yang setia menanti
Meski tahu tak pasti
Teman...
Adalah tong sampah bagi kawannya
Dan rekanan untuk segala

Adakah teman bagiku...
Ada, bahkan berlebih
Namun bisakah aku menerimanya
Tidak... maaf, tidak kataku

Ada apa...???
Perjalanan hidup mengajarkanku
Teman adalah segalanya
Dan selalu kucoba untuknya
Dan selama ini aku bisa

Namun hidup pulalah
Yang memberiku pelajaran lagi
Melalui seorang manusia yang mengaku "Temanku"
Ternyata malah mengambil alih
Apa yang selama ini aku jaga
Tanpa pernah ada kata sehurufpun padaku
Lalu apa memang seperti itu
Manusia yang bisa disebut sebagai teman
Yang membuat temannya sendiri dan menyepi
Sementara dia bisa tertawa
Di atas semua derita temannya...???
Kalau memang itu arti teman yang sesungguhnya
Maka aku tegaskan sepenuhnya
Aku tak butuh teman
Karena hanya memberi perih dan pedih

Lalu bagaimana dengan yang lain...???
Apa ada teman yang tak peduli pada temannya...???
Karena yang lainnyapun,
Ternyata hanya diam tak berucap apapun
Saat melihat ada yang tidak benar
Dan setelah semua terjadi
Dan terlambat untuk diperbaiki
Mereka hanya bisa berkata
"Ya mau gimana lagi..."
Apa itu arti teman...???
Kalau memang seperti itu artinya
Sejujurnya aku tak butuh teman yang seperti itu

Dan semua itu kini membuatku belajar
Temanpun tak bisa dipercaya sepenuhnya
Dan kini aku masih berada di tengah
Antara percaya dan tidak
Antara butuh dan tidak
Karena bagaimanapun juga aku tetap manusia

Saturday, October 09, 2004

Bromo

Bromo...
Disana cinta tertambat
Disana pula cinta tercampak
(* Bromo, 2 October 2004*)

Lautan Pasir

Berlari...
Berhenti...
Menggali...
Terus menggali
Lautan pasirpun terus tergali

Gemetar kusujudkan kaki
Di hamparan pasir terpandang
Kubenamkan dua tangan
Tak berdaya merunduk terisak
Hingga wajah cium bumi sesak
Dalam tebalnya kabut malam
Dan dinginnya angin Bromo

Bagaimana harus kubunuh rasa itu
Sedangkan jiwa masih terus saja harapkannya
Bagaimana harus kuacuhkan dia
Saat diri selalu merinduinya
Setiap hari dalam helaan nafas
Yang kian hari tertiup keras
Karena jasad tak lagi sama...
(* Bromo, 2 October 2004*)

Menyepi

Menyepi sendiri
Aku berlari dan mendaki
Coba matikan yang ada di hati
Karena yang terpujakan tak lagi mau peduli

Kucari jawabnya
Kupanggul semua luka
Meski jauh berkilo-kilo
Hingga sampailah aku ditepi Bromo

Cukup puas aku mengeluh
Dalam kamar dan badan berpeluh
Cukup panjang diri menangis
Yang terhenti saat raga meringis
Tahan sakit jasad yang rapuh
Karena ada yang hidup di dalamnya

Terluka aku saat kau acuh
Meski waktuku tinggal separuh
Mungkin kau baru benar-benar sadari
Akan siapa dan bagaimana rasaku
Saat aku sudah benar-benar berlalu
(* Bromo, 1 October 2004*)

2 Lelaki

Dua lelaki terdiam membisu
Duduk di lorong panjang berderu
Coba pikirkan nasibnya yang satu
Tertawakan nasib sendiri yang beku

Satu mengeluh satu menghibur
Satu mengadu satu melipur
Coba kuatkan nasib kawannya
Meski diri sendiri tak mampu tertawa

Satu berkhayal satu sadarkan
Satu menyerah satu menekan
Coba terimakan suatu kenyataan
Meski sadar diri tak terimakan

Wanita pelipur lara…
Kemana jiwamu (dulu) melayang
Terhembus angin senjakah
Atau coba larikan diri semata

Dua lelaki masih terpekur
Coba pandangi langit tak terukur
Masih bayangkan wanita tersatu
Yang tak lagi punya waktu
(*Sepanjang Veteran)

Takdir

Tinta telah mengering
Dan lembaran-lembaran Ketetapan
Telah disimpan rapi

Kucoba yakini dalam hati
Takkan terjadi apapun padaku
kalau memang belum digariskan
Tuhan Sang Kuasa Hidup

Dan Kuyakin benar
Sebenci atau selupanya ia padaku
Suatu saat entah kapan
Dia akan ingat dan rindukanku
Terlepas rasa itu hanya selingan
Yang kemudian terlupakan lagi... atau
Kau akan cari penghapus rindunya

Setinggi gunung aku menjerit
Sedalam langit coba kucari
Kalau suratan tlah tertulis
Takkan berubah walau langit pecah

Allah bantu aku untuk menjadi
Hambamu yang baik... dan ikhlas

Sepucuk Surat Untuk Allah SWT

Kepada.
Sesembahanku Allah SWT
Di_
Mana saja Kau pasti ada


Ass. Wr. Wb


Ya Allah...
Kalau aku masih boleh meminta
Janganlah Kau ijinkan
Seseorang yang kucintai berubah
Hanya karena sesuatu yang semu

Ya Allah...
Aku masih hamba-Mu khan…?
Kalau masih boleh aku memohon
Jangan Kau bolehkan
Seseorang yang kusayangi
Berubah dari aslinya
Karena apapun jua

Ya Allah...
Kalau masih boleh aku memanjatkan doa
Jagalah seseorang yang selama ini kujaga
Jauhkan dari segala kejelekan dunia ini
Dan berikan dia kebahagian yang Kau ciptakan
Karena kini aku tak lagi bisa menjaganya
Karena kini aku hanyalah pengganggunya
Biarlah dia kuserahkan pada-Mu untuk menjaganya
Karena kehadiranku sudah tak diharapkannya
Benar salah yang kulakukan akan tetap salah baginya

Ya Allah...
Apapun yang Telah, Sedang dan Akan dilakukannya padaku
Aku ingin Kau tetap menjaganya
Akan kupanjatkan doaku agar Engkau mau menjaganya
Karena bagaimana dan apapun yang dia lakukan
Dia tetap orang yang kusayang
Yang kini hanya bisa kunikmati dari jauh
Karena aku kini bukanlah siapa-siapanya
Karena kata “Temanpun” ternyata tak sama untukku

Ya Allah...
Jagalah dia dari segala kebohongan
Kebusukan dan kemunafikan yang ada di dunia ini
Bukalah matanya dari segala keburukan yang tertutupi
Agar dia bisa benar menentukan pilihannya

Ya Allah...
Jagalah dia karena aku medan magnit baginya
Yang selalu mendatangkan rasa sakit hati dan benci
Hingga jarak harus tercipta olehnya
Layaknya sampah itulah hadirku
Hingga harus dijauhi karena bau dan kotor
Dan Najis untuk tersentuh
Meski sakit kusadarinya
Tapi tolong tetaplah jaga dia Allah

Ya Allah...
Sudah terlalu banyak rasa sakit terkumpulkan olehku
Sejak aku mulai merasa hidup
Hingga aku menulis surat ini hari ini
Jagalah dia agar tidak merasakan sakitku
Agar tak pernah merasa sendirian dan kesepian
Jangan Kau biarkan dia merasakan seperti yang aku rasa
Biarkan aku saja Allah... jangan dia... jangan...
Sembuhkan sakitnya kalau dia punya

Ya Allah...
Jagalah dia untukku
Kalau aku masih hamba-Mu
Yang doanya akan terkabulkan saat terucap doanya
Biarlah aku dianggap apapun olehnya
Namun janganlah Kau sakit hati Ya Allah
Karena bukan maksudnya menghina ciptaan-Mu
Dia hanya tidak bisa melihat apa yang ada di dalam
Jadi tetap jagalah dia Allah
Amin...

Wss. Wr. Wb
Pengirim
( A.Y )

Friday, October 08, 2004

Useless

Dia adalah salah satu yang setia
Menemaniku dalam kondisi apapun juga
Menjagakau saat aku bagaimanapun jua
Namun kini dia pergi meski masih di mata

Bisakah kau rasa sakit yang terasa
Setiap kali kau menyebut namanya
Dapatkah kau rasa perih yang merajam
Saat kau selalu pergi bersamanya
Dan aku hanya bisa berdiam kelu
Sendiri dan menyepi...

Dan aku semakin terpuruk
Dalam sebuah ketidak berartian
atas sebuah dasar ketak berdayaanku
Melakukan apapun...(Sanca)

Sang Bijak

Sang Bijak...
Bagaimanakah kau lalui hari
Saat kau bertarung dengan dirimu sendiri
Dengan orang lain yang selalu mencari

Sang Bijak...
Bisa kau nasehati orang lain
Dan kau arahkan mereka
Hadapi, lalui dan memutuskan
Apa yang harus mereka jalani
Pada hidup dan masalah mereka

Namun...
Bisakah kau nasehati dirimu sendiri
Mampukah kau ambil keputusanmu sendiri
Dapatkah kau bertindak bijak
Pada hidup dan masalahmu saat ini

Sang Bijak...
Kau masih bisa tertawa dan tersenyum
Saat mendengar dan menafsirkan
Apa yang orang lain ceritakan padamu
Namun mampukah kau tetap tersenyum dan tertawa...?
Saat kau lihat, rasakan, hadapi dan
Putuskan semua yang ada di depan mata
Dalam kehidupanmu sendiri

Sang Bijak... ternyata tak selalu bisa Bijak
Dalam menjalani hidupnya
(*Orang yang waktunya tak lagi panjang*)

Thursday, October 07, 2004

Apakah...?

Kau temukan dunia baru bersamanya
Kau dapatkan hal yang baru darinya
Namun tak berarti sesuatu yang lama
Menjadi tak berarti lagi
Atau bisa ditinggalkan begitu saja
Seolah tak ada apa-apa yang terjadi

Meski tak mau kau akui perubahan itu
Namun semua mata melihat dan
Semua jiwa merasa
Dan kutanya padamu...
Harus berapa orang yang kecewa
Atas semua perubahanmu itu
Meski berapa orang yang merasa kehilangan
Atas semua sikap bedamu kini

Meski jiwa benarkan kau berubah
Namun bibir harus berucap lain
Karena semuanya tak mau melukaimu
Dan seolah tak rela dan mengganggu
Kenikmatanmu atas duniamu yang baru

Kalau kita meminta orang lain tuk dewasa
Coba kita lihat lagi ke dalam diri kita
Apa kita sudah benar-benar dewasa
Dalam bertindak dan berucap...??? ( *M* )

Wednesday, October 06, 2004

Prediksi-ku

Bersamanya aku merasa bahagia
Bersamanya aku merasa aman
Bersamanya hidupku terasa indah
Meski begitu aku sadar
Untuk itu aku telah mengambil dan merubah
Kehidupan bahagia seorang yang lain

Di sini aku bisa tertawa
Di sini aku bisa bahagia
Tapi aku juga merasa
Di belahan tempat yang lain
Aku tahu ada jiwa yang menangis kehilangan
Yang selalu saja merasa sendirian
Karena tiada waktu yang terberi olehku
Dan kehadiranku sebagai obat rindunya

Seringkali dia meminta,
Namun hatiku tak mampu penuhinya
Karena sejujurnya aku sendiri takut
Kehilangan kebahagiaanku saat ini
Atas perubahan hatiku melihat kenyataan yang ada
Dari sebuah kebenaran yang nyata
Sejujurnya aku takut dibangunkan
Dari mimpi dan tidurku saat ini

Kontradiksi

Meski kau yang terlarang
Namun tetap kau terpujakan
Walau kau yang ingin kusadarkan
Tapi kau tetap yang terlenakan

Meski kau tahu apa akibat semuanya
Namun tetap kau jalani
Hanya dengan beralasan "Demi..."
Namun mengapa semuanya bertentangan
Dengan diri dan janjimu yang dulu

Baru kusadari kini
Betapa mudah kau tertipu
Betapa gampang kau terlena
Dan betapa cepatnya kau berubah

Adakah kau ingat semua ucap
Apakah kau ingat semua kata
Dimana dulu kau katakan
Janji adalah hutang
Dan kini yang kau katakan beda
"Tak bisa kau pegang janjiku"
Dengan itu semua
Masihkah kau yakin kau tak berubah...??

Kalau kau katakan itu semua "Demi..."
Mengapa yang kau lakukan kini
Malah bertentangan dengan "itu"
Logika manalagi yang akan kau pakai
Alasan pembenar apalagi yang kan kau gunakan
Hanya tuk sekedar tujuan
Agar tak terbuka perasaan yang sebenarnya ada

Munafikkah kau ....?
Pembohongkah kau ..?
Egoiskah kau ...?
Adilkah kau ...?
Bijakkah kau ...?
padahal itu semua bertentangan
Dengan dasar kau melakukan semua ini
" Ibadah " (From : *Someone missing* )

(Cinta) Dulu... Kemarin dan Sekarang

Dulu kuberlari darinya
Namun dia selalu bisa tahu aku dimana
Dulu aku selalu menghindarinya
Tapi dia selalu temukanku berada

Dulu aku terlena di dalamnya
Dirasukinya hingga tak kuasa
Berubah dari jiwa yang sejatiku
Namun kerelaan hadir sebagai pembenarnya

Kemarin aku mencari
Dalam kegelapan malam
Dan panjangnya perjalanan
Namun tak kutemukan dirinya
Meski mata selalu melihat jiwa
Yang memiliki cinta yang kucari

Kini aku membencinya
Karena aku merasa sangat letih
Untuk terus tersakiti
Atas harapan yang tak pernah terwujudkan

Begitu cepat jiwa berubah
Dengan segala kejanggalannya
Janji-janjipun tak lagi bisa terpercaya
Kata dustapun selalu hadir meski tersipu
Seolah kita bukanlah manusia
Yang masih bisa lihat kebenaran atas kenyataan

Kini aku menjauhinya...
Karena aku sudah tak mampu lagi
Tetap merasa tak berdaya melakukan apapun
Sementara yang terkasih berubah selaksa
Beratasnamakan "cinta" yang janggal

Kini aku menafikkannya...
Karena aku tak mampu lagi
Merasa tak berarti atas sebuah kata sayang
Yang hanya terasa menyakitkanku semata

(Kisah seorang lelaki yang kini hanya bisa membisu)

Sunday, October 03, 2004

Sang Kelam

Kemana dirimu melangkah kini
Saat tak lagi ada orang yang peduli
Pada hadirmu atau taringmu

Kemana kini kau akan mencari makna
Saat tugas tak lagi bisa terlaksana
Karena manusia kini tak lagi peduli
Pada dirimu ataupun tingkahmu

Sang Kelam...
Yang bertugas mengganggu manusia
Tuk menemaninya di neraka
Tak lagi bisa tertawa
Karena manusia tak lagi bisa percaya
Pada dirinya ataupun musuhnya

Sang Kelam...
Yang dulunya ditakuti semua insan
Kini harus berjalan lunglai
Karena tak punya lagi daya
Tuk menggoda manusia
Karena manusiapun tak lagi percaya
Pada apa yang dinamakan Surga
Ataupun Neraka... (E)

Elang Buta

Bagaikan elang buta aku melayang
Beraga namun tak berasa
Melayang namun terasa ampang

Entahlah aku tak tahu
Hidup apa yang kujalani saat ini
Karena yang aku mau jalani
Aku hanya coba tuk berani
Hidup dengan kebenaran sejati
Dan bukan kepura-puraan untuk memiliki
Sesuatu atau seseorang yang membuatku tak pasti (L)

Saturday, October 02, 2004

Manusia Setengah Jalan

Wahai manusia setengah jalan
Dimanakah kau habiskan separuh hidupmu
Apakah di rumah bersama istri dan anakmu
Atau bersama debu dan deru jalanan

Wahai manusia setengah jalan
Tak perduli apakah kau digaji negara
Atau yang digaji bangsa lain
Sadarlah bahwa kehadiranmu dirasa kurang
Oleh orang yang menyatu dalam darahmu

Wahai orang setengah jalan
Kapan kau akan sadar...?
Bahwa jalan tak pernah peduli
Bahwa jalan tak pernah memberi
Meski kau selalu menemani
Dan tak pernah berada di sisi

Wahai manusia setengah jalan
Kutunggu hadirmu di istana
tempat kau akan kembali pulang
Tuk beristirahat atau
Untuk terkapar tak berdaya (V)

Puisi Kehidupan

Banyak hal yang tak mampu kita ucapkan, namun bisa kita ungkapkan melalui tulisan dan karya-karya kita. Sekali lagi tentang hidup dan pernak-perniknya. Hidup dan terus merasa hiduplah... karena saat kau sudah tak lagi merasa hidup, maka sebenarnya kau hanya mayat berjalan, jasad tanpa rasa yang tak berjiwa.